Buk…., Bapak Tidak Sayang Muna Lagi.

“Bapak bohong….. Bapak tidak sayang lagi sama Muna…. Bapak nakal….” Ia menangis tiada henti. Air matanya tak terbendung,  membasahi seluruh wajah. Tangan ringkih  itu  memukul mukul tubuh ibunya. Kesedihan yang sangat tampak jelas dari wajah  gadis mungil ini.

“Bapak pasti pulang nak, tunggu yah….” Dengan terbata bata menahan tangis, ibunya berusaha menenangkan. Digendongnya Muna, perlahan air matanya berkaca,  bersedih, menatap anak semata wayangnya  terus menangis.

***

Siang ini langit amat cerah. Bagaikan hamparan kanfas raksasa tiada bertepi. Hanya beberapa gumpalan awan nampak berjalan perlahan beraturan. Matahari dengan sorot mata menyengat mentransfer energi  pada mahkluk lain di bumi.

“Assalamualaikum pak…” Muna menyapa  bapaknya dari telepon seluler ibu.

“Waalaikum salam sayang….” Suara bariton berat terdengar dari seluler. Suara yang sangat familier bagi Muna. Lebih dari empat tahun suara itu mengisi hari harinya. Mendongeng disaat hendak tidur, membacakan buku cerita, menimang dan bermain.

“Muna dimana ?”

“Sama ibu pak, Muna sedang ke toko kue. Bapak tahu tidak, Muna mau beli kue apa ?’

“Tau dong sayang, Muna kan hari ini ulang tahun. Tadi pagi bapak sudah memberikan kado kan ? Pasti  beli kue ulang tahun,  dengan lima lilin diatasnya. Bener kan ?”

“Hehehe…. iya pak. Ini sudah di toko kue. Muna mau yang warna pink ya pak ?”

“Boleh, bilang saja sama Ibu.”

“Bapak dimana ? Pulang kantor cepat ya ? Kita kan mau pesta ?”

“Iya sayang, bapak sekarang  di Stasiun Gambir. InsyaAllah jam 6 sudah ada di rumah. Bapak janji. Sudah yah, bapak kerja dulu. Salam buat ibu. Dada sayang….  Assalamualaikum”.

Telepon terputus saat Muna selesai mengucap salam. Hatinya berbunga setiap kali selesai mendengar suara orang yang sangat dicintainya. Walau hanya mendengar lewat telepon, kebahagiaannya terpancar jelas diwajahnya.

“Sayang, yuk kita pulang. Ini kue warna pink kesukaanmu sudah ibu bawa. Eh…., sebelum pulang, pamit dulu sama tante dan om yang jualan. Salim dulu….”

Ibu dan anak ini segera keluar toko, dan segera pulang kerumah.

***

Sore ini rumah terlihat lebih bergairah dari biasanya. Di ruang tamu terpampang sebuah spanduk bertuliskan “Selamat Ulang Tahun Ke 5”. Hiasan warna warni dari beraneka macam kertas menambah semarak suasana. Sepertinya akan ada acara keluarga malam ini.

“Selamat Ulangtahun Yo Nduk…. Simbah kakung dan putri mendoakan, Semoga Muna cepet gedhe, ilang larane, pinter sekolahe,  cepak rejenike.”

“Iya mbah, terimakasih.”  Jawab Muna.

Dicium Muna  dengan penuh kehangatan. Ia pun memeluk perempuan dan lelaki berumur 60’an itu  satu persatu, bergantian. Kasih sayang antara dua anak manusia, cinta biasa, berbeda generasi. Kakek, nenek dan cucu tenggelam dalam kebahagiaan yang sangat.

***

“Bapak handphonenya mati bu…?! Tidak bisa dihubungi. Tulalit….” Kata Muna.

“Iya nduk, simbah beberapa kali mengontak bapakmu, ora nyambung.” Sela sang kakek.

“Tunggu sebentar nduk…,  ini masih jam 5.  Bapakmu tidak pernah bohong kok,  janji jam 6 sampai rumah.” kata ibunya.

Keluarga ini sedang asik  bersendau gurau, saat kakek meraih sebuah remote control dan memencet tombol warna merah bertuliskan “ON”.  Televisi pun menyala, ada tulisan “Breaking News”.

Sesaat kemudian penyiar televisi menyajikan tayangan  live dari gedung KPK.  Kontributor lapangan mengatakan, “telah ketangkap tangan seorang PNS pegawai dinas pajak berinisial NH menerima suap di Stasiun Gambir. Uang hasil tindak kejahatan korupsi ini dimasukkan kedalam tas kresek.”

Hening…. Sendau gurau berhenti. Semua mata tertuju pada siaran live televisi. Mata mereka semua tak berkedip. Seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Buk…. Itu bapak. Itu bapak masuk tipi. Kenapa om om itu  itu bertidak kasar pada  bapak ? Mengapa bapak menutupi wajah  ? Kenapa bu…?”

Munawaroh bertanya tak mengerti.

@lambangsarib

.

Butuh jasa cargo murah ? via twitter @csmcargo

About lambangsarib

Orang biasa berharap bukan biasa biasa saja.
This entry was posted in cinta, Uncategorized and tagged , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

30 Responses to Buk…., Bapak Tidak Sayang Muna Lagi.

  1. Sedih bacanya.
    Semoga kita semua tidak termasuk golongan para pengkhianat keluarga, tapi dikenal sebagai pahlawan keluarga.

  2. 'Ne says:

    Pak Lambang pinter juga bikin fiksi nih hehe..

    inspirasi memang bisa datang dari mana saja ya Pak.. 😀

  3. danirachmat says:

    sedih membayangkan anak istrinya.

  4. ryan says:

    wah, tadinya saya pikir endingnya bakal ada yang kecelakaan. ternyata. KPK.

  5. bundamuna says:

    waaahhhh… pak Lambang pake nama saya!! persis pula!!
    untung saja abah saya bukan seorang pejabat, beliau seorang wirausahawan dan insyaAlloh ‘bersih’ 🙂

    • lambangsarib says:

      hehe…. maaf, gak kepikiran sampai segitu.

      Sebenarnya hanya mau meniru gayanya pram saja. Misalkan nama panggilannya May, nama lengkapnya maisaroh.

      Sekali lagi, maaf yah….

  6. utie89 says:

    setauku kanfas itu begini om: kanvas

    trus menurut om, lebih enak mana?
    Ketangkap/tertangkap?

    Tertangkap tangan seorang PNS pegawai dinas pajak berinisial NH yang sedang menerima suap di stasiun gambir.

    :mrgreen:

    bener kata mas ryan, tadinya kupikir kecelakaan, ternyata KPK.
    Om canggih bgt dech, cepat belajar. Dalam tempo sesingkat-singkatnya udah pandai bikin fiksi.
    Aku salut. 🙂

    • lambangsarib says:

      kanvas yang betul maaf, bukan typo, melainkan gagap.

      Tertangkap lebih pas yah… Terimakasih banyak.

      Ayuk memproklamasikan diri belajar menulis setiap hari. Agar sesingkat singkatnya mampu mengupgrade kemampuan.

  7. chiil says:

    Aduh kok saya mencelos baca ini 😦
    Membayangkan Muna terus bertanya-tanya sampai entah kapan. Entah kapan baru dia mengerti 😦
    BTW, iya saya kira endingnya juga kecelakaan :mrgreen:

  8. hilal says:

    Aih! Aih! Peristiwa itu akan menjadi kenangan traumatik si Muna…. 😦

  9. genthuk says:

    lagi-lagi sport jantung aku, tak kiro tenanan

  10. franz komar says:

    ceritanya bagus om,, salut,,

Leave a comment