“Manusia adalah makhluk yang lemah, tempat lupa, salah dan dosa”, kata Pak H. Zamura, ketua Takmir Masjid jami’ At Taqwa – Blora.
Nduk, kata kata itu tertanam erat di alam bawah sadar bapak. Entah mengapa kata itu bisa melekat erat berpuluh tahun lamanya. Yang bapak masih ingat sampai hari ini adalah bahwa kata itu diucapkan pada sebuah kesempatan kultum ba’da sholat subuh, di bulan romadlon, sewaktu bapak masih sekolah SD.
Masih bapak ingat betul saat mendengarkan ceramah itu. Bapak pergi sholat subuh berjama’ah mengenakan sarung kotak kotak warna hijau pemberian nenek buyutmu, tanpa peci dan tanpa baju koko. Terus terang saja nduk, bapak mendengarkan kuliah subuh itu sambil tiduran disamping pintu geser warna biru. Sementara nenekmu duduk bersila tepat disamping bapak tiduran. Dari raut wajahnya, tampaknya nenekmu serius mendengarkan pengajian tersebut.
Semoga nenekmu masih ingat salah satu moment terindah itu nduk. Kamu bisa menanyakannya langsung dan mendengarkan ceritanya dari sudut pandang seorang ibu. Namun jika nenekmu telah lupa, kamu tidak perlu menyalahkan. Karena memang manusia adalah tempatnya lupa.
Dari tulisan ini kamu mungkin bisa membuatnya ingat kembali. Tolong sampaikan ke nenekmu bahwa saat itu adalah saat dimana bapak merasa “sangat sangat sangat bahagia”.
Nduk, karena manusia adalah tempatnya lupa, maka kelak kamu jangan sekalipun berdusta. Sekali saja kamu berbohong, maka kamu akan dituntut untuk melakukan kebohongan kebohongan lanjutan demi menutupi kebohongan awal.
Kelak jika kamu dewasa, katakanlah yang benar itu benar, katakan salah jika memang itu salah. Jangan kamu tiru para pembohong di negeri ini, yang dalam beberapa hari ini sering menghiasai berita berita di media masa.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Qulil haqqo walaw kaana murron – Katakanlah yang benar walau itu pahit“.
Nduk, peganglah erat erat sabda nabi diatas. Sering seringlah kamu ucapkan didalam hati. Yakini kebenarannya dan wujudkan itu dalam gerak langkahmu dalam menjalani kehidupan.
— @lambangsarib —
.
.
Butuh jasa cargo murah ? via twitter @csmcargo
hal ini juga berhubungan dgn kebiasaan sehari hari ya pak
betul, mesti dibiasakan semenjak dini.
setuju pak, kalau sudah besar mungkin sdh nggak gampang lagi buat belajar melakukannya sama spt berkata terima kasih atau maaf
sepertinya harus dibiasakan semenjak kecil
Jujur itu sulit..jujur pada diri sendiri apalagi..hhhmm…maesti banyak belajar lagi dan berusaha untuk jujur…Matur nuwun sanget buat pengingatnya mas Lambang.
jujur juga, mungkin saya paling banyak bohongnya. Hanya sedikit mencoba berbuat jujur.
ah saya juga mas Lambang.. tapi berbohong itu cape yaahh…
jadi ya semaksimal mungkin untuk buat jujur…
oh ya mas,sering dengar ada white lies..euuh apa itu bohong yang putih…itu gimana mas? boleh kaah? hehehe
saya tidak tahu yang dimaksud bohong yang putih. Kata kyai saya dulu, bohong dan jujur adalah hitam – putih.
semoga saya juga bisa konsisten mengajarkan ini mas..
pasti bisa lah…. Hehehee….
Salah satu manfaat menulis yang saya rasakan adalah memperbaiki diri.
Seperti yg dicontohkan Nabi Musa kepada penguasa saat itu si Ramses Akbar II (Fir’aun)
terimakasih pak, sudah diingatkan.
Aku sering sulit ngomong bener mas terkadang di telen sendiri karena khawatir nyakitin orang lain
Sama ama mbak Noni, kadang aku juga diem karena takut nyakitin orang lain. Cuma biar gak BT aku nyampahnya ke suami 😀
hah…? apa tidak kasihan suami ?
Haha suamiku malah udah tahan banting diceritain gitu hihi
hehhehehehe… top deh.
Hehehe….
Nanti kloloden loh.
“Silahkan berkata benar, kalau tidak bisa diam saja.” Hadist paling saya inget dari SD dulu.
Kira kira kenapa bisa ingat teruss ?
Ga tau juga, yg pasti ngena di kehidupan sehari-hari pa. 😀
Qulil hakku walauw kana murran
terimakasih
sama sama
sama sama
katakanlah kebenaran walau pahit, tapi dengan cara yang terbaik. Jangan sampai pesan kebenaran kita ditolak hanya karena cara kita yang tidak beradab
betul, harus dengan kesopanan dan adab ketimuran.
memang harus dibiasakan ya. orangtua juga hendaknya konsisten. kalo anak sudah jujur jangan dimarahi juga. 😕 tapi diingatkan baik2..
Haha… benar, terkadang orang tua yang tidak suka kalau anaknya berprilaku jujur.
kebohongan paling manusiawai menurut saya adalah kebohongan ibu pada kita saat kita balita, kerena semuanya demi kebaikan anaknya..
oh iya…..?
Kira kira yang mana ?
Makasih di ingatkan Pak…kalo kesini seperti tercerahkan rasanya.. 🙂
hehe…. benarkah ?
hidung saya jadi tambah besar loh….
jujur perlu, namun diplomatis juga perlu kayaknya
diplomatis itu bagian dari kejujuran atau menyembunyikan sebuah kebenaran ?
bagian dari kejujuran, hanya cara penyampaiannya memang tidak blak blakan dan tanpa unggah ungguh 😀
sepakat nih.
Kejujuran saat ini semakin sulit ditemui.
sepakat, tapi kayaknya dari dulu juga susah pak. hehheee
amiin
terima kasih mas..
jadi kepikiran, berapa banyak kebohongan yang kita telah lakukan sejak lahir ya?
wah… berjibun deh, tapi Tuhan kan maha penyayang dan pemberi ampun. Hehehe
setuju 1000%.
hidup kejujuran!!! 😀
tapi kalau di kalangan atas, agak susah kayaknya om, apalagi kalau cuma jadi bawahan yang kudu manut diperintah2 atasan.
emang paling enak tuh jadi pemimpin yang jujur ya om.. ^-^
saya lebih suka karyawan jujur daripada pinter.
Mending jujur walau pahit.
Drpd Ketauan bo’ong.. rasanya lebih pahit drpd rasa pahit.
😀
sepakat