Jika Bersalah Azablah, Jika Benar Muliakanlah

Sebenarnya malam ini ingin tidur lebih awal. Sebenarnya malam ini ingin segera menyusulmu di peraduan. Sebenarnya malam ini ingin segera shut down komputer dan sesegera mungkin memanjakanmu dengan cinta.

Tapi maaf nduk, bapak ingin sedikit menulis ini. Demi kamu nduk…..

Dari kemarin malam hingga sore tadi, dunia online gonjang ganjing. Pertentangan dan cacian silih berganti menghiasi lalu lintas informasi dunia maya. Hampir 2 x 24 jam ini berita didominasi tentang  KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq.

Dunia maya seolah terpolarisasi menjadi dua kelompok besar. Antara yang pro KPK dan yang pro PKS – LHI.

Bapak tidak bisa memberikan tanggapan tentang hal ini, bahkan  tidak mampu memilih diantar keduanya.  Tentang mana yang benar dan mana yang salah, bapak  tidak bisa berkomentar, karena  memang benar benar tidak tahu. Jika berkomentar, bapak takut terjebak pada kebohongan atau fitnah. Maaf ya nduk….

Memang benar adanya bahwa Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq tadi malam sekitar jam 11 malam dibawa ke KPK untuk dimintai keterangan, dalam statusnya sebagai tersangka import daging sapi. Hanya itu informasi yang bapak tahu.

Yang ingin bapak sampaikan  adalah, bahwa sore tadi Ustadz Luthfi mengumumkan diri mundur dari jabatannya sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera.

LUAR BIASA

Sulit untuk bisa menemukan orang yang mau mundur dari jabatan paling strategis di sebuah partai politik. Sulit untuk bisa menemukan orang yang dengan ikhlas meninggalkan jabatannya. Walaupun seringkali mereka mengatakan jabatan adalah “amanah”, namun seringkali itu  hanyalah ucapan basa basi.  Selebihnya, nol besar.

Kita membatasi pembicaraan tentang ini saja ya nduk. Jangan melebar kemana mana. Kalau status beliau dimata hukum,  biarlah  menjadi domain KPK dan aparat penegak hukum. Kita sebagai orang yang sangat awam  hukum, tidak usah sok tahu. Alih alih menyelesaikan masalah, kita malah cenderung memperumit masalah.

Nduk, malam malam bapak menulis ini hanya untuk berpesan, kelak jika kamu dewasa belajarlah dan teladani orang orang yang berani melepas jabatan disaat memegang pucuk pimpinan. Didalam hati mereka pasti ada keikhlasan. Didalam hati mereka pasti ada nur ilahi yang terpancar.

Hanya orang orang sabar dan tawakal yang mampu melakukannya nduk,…. Kelak bersahabatlah dengan  orang orang seperti itu  dan warisi karakter mereka.

Nduk, kelak kamu akan menjadi saksi apakah Ustadz Luthfi bersalah atau tidak. Mungkin bapak hanya bisa berdoa. Jika memang Ustadz Luthfi menerima suap, maka azablah ia. Jika memang Ustadz Luthfi tidak bersalah, maka muliakanlah ia.

Nduk, tahukah kamu kenapa bapak tadi pagi mengkritisi ? Karena memang bapak menyayangi. Karena bapak menginginkan perubahan yang baik di negeri ini. Karena bapak sangat mendambakan keadilan dan kemakmuran di  negeri ini.

Hanya itu nduk yang ingin bapak sampaikan. Semoga kelak kamu mengerti dan menjadi saksi semua  kejadian ini.

@lambangsarib

About lambangsarib

Orang biasa berharap bukan biasa biasa saja.
This entry was posted in Kiky and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

30 Responses to Jika Bersalah Azablah, Jika Benar Muliakanlah

  1. ndin says:

    jangan pernah meminta azab sm Allah,meskipun balasan itu akan ttp ada…tp sbg hamba ttp berdoa spy Allah mengampuni sgala dosa.

  2. nengwie says:

    Aahh apa benar ikhlas melepaskan jabatan? hehehe
    semoga saja.

    • Heri Purnomo says:

      ya..semoga saja ikhlas, yang tahu kan hanya Allah dan yang pak Luthfi sendiri..

      • lambangsarib says:

        Tulisan saya seperti ini :

        Sulit untuk bisa menemukan orang yang mau mundur dari jabatan paling strategis di sebuah partai politik. Sulit untuk bisa menemukan orang yang dengan ikhlas meninggalkan jabatannya. Walaupun seringkali mereka mengatakan jabatan adalah “amanah”, namun seringkali itu hanyalah ucapan basa basi. Selebihnya, nol besar.

        ***************

        Hanya orang orang sabar dan tawakal yang mampu melakukannya nduk,…. Kelak bersahabatlah dengan orang orang seperti itu dan warisi karakter mereka.

        Nah….. LHI bener2 ikhlas atau tidak, saya tidak bisa komentar………….

        Waktu yang akan menjawab, dan anak anak kita sebagai saksinya.

      • nengwie says:

        Betul..semoga saja.
        apalagi kalau kata ikhlas terlontar dari bibir..itu nilai keikhlasannya patut dipertanyakan..:)

      • lambangsarib says:

        sepakat nih.

        Menguji keikhlasan itu bagaimana yah ? mungkin ada pendapat ?

      • nengwie says:

        waahhh mas Lambang, yang tau hanya dirinya sendiri dan Allah SWT kayanya hehehe

        menguji keikhlasan ya? tunggu saja, apakah suatu hari keluar kalimat2 yang menandakan ketidak ikhlasannya,
        misalnya “waktu duluu itu, saya sudah ikhlaaaas banget, tapi kooo….” hehehe

  3. Sependapat. Jika bersalah azablah, jika benar muliakanlah.
    Namun demikian kita jangan sampai terlena dan keasyikan ngemil bangkai ya, pak. Sekedar mengingatkan diri dan kawan-kawan lainnya 🙂

    • lambangsarib says:

      Betul pak…. ngemil bangkai membuat kita muak.

      Menurut saya, kita harus berkata benar kalau benar, dan berkata salah jika memang bersalah.

      Setelah itu, tidak usah mengolok oloknya, biarkan hukum bekerja.

  4. nyonyasepatu says:

    Wuihhhh gak ngikutin bgt beritanya tp semoga yg salah ditunjukkan😰

  5. danirachmat says:

    Amiiiin *mengaminin judulnya Mas..

  6. Untaian katamu ternyata palsu
    Janji indah telah kau ingkari
    Untuk terus menjadi sahabatku
    Tahukah kau sobat???
    Bahwa segala luka yang menyobek hatimu
    Dapat juga ku rasakan dan menusuk jiwaku
    Bahwa darah yang menetes dari luka itu
    Seiring air mata yang mengalir di pipiku
    Sadarkah kau sobat???

  7. genthuk says:

    Ya Allah tunjukkan bahwa yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukkan bahwa yang salah itu adalah salah dan beri kami kekuatan untuk menjauhinya

  8. “Sulit untuk bisa menemukan orang yang mau mundur dari jabatan paling strategis di sebuah partai politik. Sulit untuk bisa menemukan orang yang dengan ikhlas meninggalkan jabatannya. Walaupun seringkali mereka mengatakan jabatan adalah “amanah”, namun seringkali itu hanyalah ucapan basa basi. Selebihnya, nol besar.”

    tidak bisa lebih setuju lagi dengan kutipan di atas.
    *mengamini judulnya*

  9. mintarsih28 says:

    semoga berita berita di indonesia tidak mengotori jiwa kita.

  10. Ilham says:

    butuh jiwa besar untuk mengakui kesalahan dan bertanggungjawab ya..

Leave a comment