Nduk, sini duduk di samping bapak. Karena hanya kamu yang bisa menjadi penyemangat bapak untuk selalu menulis dan menulis. Walaupun mungkin kamu hanya “ngowoh” menyaksikan jari jemari bapak menari diatas tuts keyboard. Akan tetapi bapak sangat meyakini bahwa kelak kamu akan memahami.
Disaat usiamu sudah bertambah dan personalitymu menunjukkan tanda tanda kedewasaan. Disaat jari jemarimu membesar, semakin kuat dan tentu saja akan menari diatas tusts ini bak penari balet.
Nduk, dengarkan bapak bercerita……….
Manusia adalah makhluk sosial, artinya kita tidak mungkin bisa lepas dari aktivitas sosial. Baik itu aktivitas sosial di dunia nyata seperti yang kita alami bersama setiap hari. Maupun bagi sebagian orang yang memahaminya sebagai aktivitas sosial media di dunia maya.
Satu hal yang tidak mungkin dihindari dalam bersosialita adalah bercanda, karena itu menjadi fitrah manusia. Bahkan semenjak bapakmu terlahir di dunia ini, salah satu hal yang diajarkan kakek, nenek dan om mu dulu adalah bercanda. Termasuk bapak yang mengajarimu bercanda semenjak hari pertama kamu dilahirkan. Selama topik candaan itu wajar dan menghibur, tentu tidak perlu repot repot untuk menulis disini.
Nduk,…. menurutmu bagaimanakah candaan yang wajar itu ? Apa seperti candaan bapak yang ceplas ceplos ? atau seperti candaan kakek di kampung yang penuh tata krama sarat makna ? Atau bahkan seperti candaan om Agung di Surabaya yang terlalu vulgar ?
Mungkin saat ini ditulis kamu belum mengeri apa yang bapak maksud. Namun kelak, tolonglah jawab dengan untaian tulisan yang indah. Rangkaikan kata demi kata yang menyejukkan, bukan klimat provokatif yang mengundang pertengkaran.
Nduk, dalam menilai sebuah canda memang parameternya tidak jelas. Sebuah kata atau kalimat bisa ditafsirkan bermacam macam, tergantung konteks dan sudut pandangnya. Seseorang yang mengungkapkan kata kata candaan, belum tentu akan dimaknai sama oleh orang lain yang mendengarkan.
Sebagai contah adalah kata “jancuk”. Di daerah jawa tengah pinggiran hingga jawa timur, mungkin orang mengatakan hal itu dianggap lumrah. Kata itu tidak akan pernah menyinggung perasaan orang lain. Bahkan kata itu seringkali dimaknai sebagai persahabatn.
Namun jangan sekali kali kamu bawa kata “jancuk” itu ke hadapan bapakku. Karena bagi kakekmu, kata kata itu sangat tidak pantas dan lebih bermakna ejekan. Kamu kelak akan tahu prinsip yang dipegang kakekmu, “ajining diri ono ing lathi” atau berharganya seseorang itu dari kata kata yang terucap.
Oleh sebab itu tugas kita adalah memilah dan memilih sesuai dengan konteks dan keadaan. Tidak bisa disama ratakan setiap situasi dan kondisi, atau dalam bahasa jawa tidak bisa “di gebyah uyah”.
Nduk, beberapa hari yang lalu kita dikejutkan oleh pernyataan seorang pejabat tinggi negeri ini. Beliau adalah Ketua Pengadilan Tinggi (KPT) Banjarmasin bernama Muhammad Damin Sanusi. Entah apa yang yang melatar belakangi pernyataannya. Tiba tiba ia mengatakan bahwa, “yang diperkosa dengan yang memperkosa ini sama-sama menikamti”.
Mendengar dan membaca pernyataan itu kita semua terhenyak. Kemarahan masyarakat tersulut dengan cepat karena diucapkan oleh seorang calon hakim agung. Lewat dunia maya (twitter, facebook dan blog) hampir semua pengguna akun mencacimaki. Mereka semua menganggap pernyataan itu keterlaluan, biadab dan tanpa perasaan empati. Sangat tidak pantas diucapkan, terlebih lagi oleh seorang calon pemimpin.
Nduk, bapak tidak bisa megambil posisi untuk membela ataupun menghakimi. Alasannya karena secara pribadi bapak tidak kenal dengan yang bersangkutan. Kedua karena bapak tidak mendengarkan atau melihat secara langsung, dalam hal ini bapak buta akan konteks. Dan yang ketiga karena bapak tidak memiliki kapabilitas untuk menilai seseorang.
Baiklah nduk, sebagai muslim sebaiknya kita berbaik sangka saja. Boleh kan….?
Anggap saja Pak Muhammad Damin Sanusi itu hanya bergurau atau bercanda. Anggap saja begitu, karena toh isi otaknya kita tidak pernah tahu.
Namun nduk, walaupun itu hanya sebuah gurauan atau candaan, tentu saja sangat melukai jutaan masyarakat Indonesia pada umumnya dan perempuan khususnya.
Alhamdulillah seluruh keluarga dan kerabat kita belum pernah mengalamai. Kita harus tetap berharap bahwa kejahatan seperti itu tidak akan terjadi pada keluarga besar kita. Semoga ya nduk …..
Sering bapak membaca di berbagai media, tentang bagaimana menderitanya orang orang yang pernah mengalami perkosaan. Trauma yang diderita sangat mendalam. Hampir semua korban mengatakan bahwa trauma itu tidak akan hilang hingga akhir hayat. Bahkan banyak diantaranya yang mencoba mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Nduk, bapak ingin menyampaikan hal ini langsung kepada Pak Muhammad Damin Sanusi. Karena bapak tidak tahu kemana harus mencari, maka bapak tuangkan ini kedalam tulisan.
Kepada yang terhormat Pak Muhammad Damin Sanusi, namamu sangatlah bagus. Ibumu adalah seorang perempuan yang luar biasa hebat. Beliau sematkan nama pemilik gelar “Al Amin” didepan namamu. Saya sangat meyakini bahwa maksudnya adalah luar biasa mulia.
Istrimu pun seorang perempuan yang sholehah. Ia korbankan seluruh sisa umurnya untuk mengabdi dan mendampingimu. Ia gantungkan seluruh harapan masa depan, cita dan cintanya hanya padamu. Perempuan itu telah memberimu anak gadis yang cantik. Yang selalu kalian banggakan dan cintai.
Andaikata istri dan anak gadismu itu menjadi korban pemerkosaan, bagaimanakah perasaanmu ? Apakah kira kira engkau masih mampu membuat candaan yang serupa ?
Kawan……., candaanmu sungguh sungguh “keterlaluan”. Mulutmu harimaumu, candamu akhir karirmu. Selamat jalan……..
******
Nduk anakku, walau kamu belum paham tentang apa yang bapak tulis. Namun tema kali ini mengharu birukan kehidupan di negeri kita. Kelak suatu saat jikalau kau memahami ini semua, belajarlah….. Bahwa bercanda pun ada aturan dan norma.
Sudah malam nduk yah….., sudah ngantuk, ayuk bobok dulu.
Silahkan kritik via twitter : @lambangsarib
.
.
Butuh jasa cargo murah ? via twitter @csmcargo
Mengelus dada Om, kok bisa sampe ada ucapan seperti ini. Apa dia ga tahu ya ada anak kecil yg diperkosa hingga trauma dan akhirnya meninggal??
😦
kok bisa ya ? saya juga heran.
Ah, sungguh keterlauan memang candaan itu. Bercanda boleh saja, tapi yang etis ajah ya Pa. Koq seperti candaan orang yang gak “makan” bangku sekolahan saja…
Salam,
Candaan yang menjijikkan.
oya pak, kemarin sudah ada klarifikasi pak daming di metro, iya benar dengan besar hati beliau mengaku bersalah dan meminta maaf kepada mass media, keluarga, dan terlebih lagi terhadap korban pemerkosaan. nah yang aneh itu beliau berkilah bahwa kata2 itu keluar begitu saja diluar kontrol… apa ini disebut bercanda pak?
*maaf pak malam2 komennya ngelantur.. hehe
Saya tidak bisa komentar, karena tidak melihat langsung atau televisi. Hanya membaca di media online saja….
Dalam tulisan ini saya anggap ia bercanda, walaupun itu sangat menjijikkan.
miris memang ngeliatnya. saya gak tahu pasti apa motivasi beliau itu. tapi dia sudah membangunkan harimau yang akhirnya menyerang dirinya sendiri.
sepakat
daming juga menyesal karena anaknya sendiri marah kan yah sama daming bahkan istrinya juga marah dengan kata2nya daming…..katanya sih lpeas kontrol, tadi aku baca koran dan ternyata di negara2 lain jg ada pejabat2 yg pernah ngalamin kejadian yg lepas kontrol dalam bicara….lupa2 ingat sih nama2nya hehe
wajar kalau anak gadis dan istrinya marah bukan ?
makanya dia menyesal dan sudah minta maaf, skrg tinggal nunggu sidang kelanjutannya pak…
nasi sudah menjadi krupuk gendar, susah untuk menjadikannya nasi kembali.
Gurauan seperti ini biasanya sudah lumrah di kalangan masyarakat bawah tapi kalo muncul di media dan dilakukan oleh orang yang seharusnya lebih tinggi secara moral, akhirnya jadi mikir, jangan-jangan mereka juga moralnya tidak jauh beda dengan yang di bawah sana……
kalau orang biasa misuh misuh pun tak akan mendapat respon mas. Lha ini kan pejabat tinggi negeri ? pemimpin kita yang dipercaya.
waah..om, alur tulisannya makin bagus nih. 😉
hehe.. #OOT
sudah banyak yang berkomentar soal daming, jadi aku ngga perlu nambahin.
Hanya saja kalau mencontoh Rosululloh, candaan beliau itu selalu jujur. Mungkin itu bisa sedikit jadi pedoman tentang aturan bercanda.. 🙂
becandaan beliau jauh dari jujur. Mana ada orang menikmati dioerkosa ?
Eh…. ikutan #kuldwit tuh di @indipublishing. yang twitnya di RT katanya akan dibukukan. Tapi itu bukan target kok, buat ramai ramai saja.
gimana caranya om?? bikin twit trus tambahin #kuldwit gitu??
coba kesini http://www.indie-publishing.com/kuldwit
Reblogged this on Just Share and commented:
hati-hati dengan lidah
kalau buat blogger, pasti ‘jarimu harimaumu’ ya pak?
haha…. sepakat beneeer
Nemenin Kiki ikut nyimak tulisannya 🙂
hehehe…. kemon
kebangetan, melu prihatin, ini masalah memiliki rasa, jika rasa udah terkikis materi tolok ukurnya pake materi, aku khawatir dengan hakim seperti ini, penyataannya jelas2 tidak memiliki rasa, rasa empati…
#niceposting mas lambang
Pernyataan yang menjijikkan biasanya keluar dari otak yang ngeres. Terbayang vonis yang dihasilkan dari otak2 yang kurang bersih.