Tiga orang sahabat sedang duduk duduk di depan sebuah gedung laboratorium sebuah SMP negri di pelosok jawa tengah. Mereka bertiga adalah siswa SMP tersebut dan berkawan akrab.
Budi adalah anak seorang kepala pegadaian, putih, tinggi, gagah dan pandai. Selama ini dialah yang selalu mendapat langganan juara di kelas. Kemudia Seno adalah anak seorang guru, perawakannya biasa biasa saja, agak hitam, namun dari sorot matanya memancarkan wibawa. Walau berkawan akrab, Budi dan Seno selalu bersaing di sekolah untuk mendapatkan rangking tertinggi.
Berbeda dengan kedua temannya, sahabat mereka yang ketiga bernama Nanang. Dia adalah anak seorang buruh bangunan, berperawakan dekil, kurus kering dan kucel. Mereka bertiga adalah sahabat karib dari kelas satu hingga kelas 3 SMP.
Nanang seringkali tertidur disaat guru menerangkan mata pelajaran. Ia pun di cap sebagai pelajar paling malas mengerjakan PR. Belum lagi dengan aktivitas ekstrakulikuler, Nanang bisa dipastikan tidak ikut. Pernah suatu ketika Budi dan Seno menanyakan hal itu kepada Nanang, dengan tersenyum ia katakan, “capek”. Tanpa penjelasan lebih lanjut.
Dimata teman teman yang lain, Nanang “dianggap” paling bodoh, sehingga sering di ejek teman temannya. Ia seolah jadi obyek dan bahan olok olokan yang tak pernah habis. Yang lebih aneh lagi, ia tidak pernah marah, walau terkadang ejekan itu kelewat batas.
Selain itu, Nanang orangnya agak tertutup jika ditanya aktivitasnya diluar jam sekolah. Memang sesekali teman temannya pernah menyaksikan ia “membantu bapaknya manggul batu bata di pagi dan sore hari”. Ketika ditanyakan hal itu, seperti biasa ia hanya tersenyum.
Waktu pun segera berlalu. Hingga di tahun 80’an mereka bertiga lulus SMP. Seperti sudah diramalkan sebelumnya, Budi rangking pertama dan Seno menempati ranking kedua. Sementara itu Nanang mendapat rangking ke tiga dari belakang. Meskipun begitu, mereka bertiga tetap kompak merayakan kelulusan mereka.
Beberapa tahun pun berlalu.
Suatu saat tanpa sengaja mereka bertiga bertemu di sebuah pabrik di Jakarta. Kejadian sangat langka ini tentu saja membuat mereka bertiga bergembira. Sekian puluh tahun sudah mereka tak berjumpa. Berpuluh tahun sudah mereka saling mencari. Dan kini ketiga sahabat karib itu bertemu di tempat yang tidak disangka sebelumnya.
Waktu seolah berputar. Mereka bersendau gurau layaknya anak anak SMP di tahun 80’an. Banyak kenangan indah, cerita suka dan duka mereka kemukakan.
Setelah beberapa saat mereka berkangen kangenan, akhirnya Budi membuka pembicaraan tentang karirnya saat ini.
Setelah lulus SMP ia diterima di sebuah SMA favorit di Semarang dan seterusnya melanjutkan kuliah di Undip jurusan Ekonomi. Saat ini budi menjadi salah satu direktur sebuah bank swasta nasional yang menangani pembiayaan proyek. Dia datang atas undangan manajemen pabrik untuk dipertemukan dengan dewan direksi.
Seno pun bercerita hampir sama. Setelah menamatkan SMP nya ia diterima di salah satu SMA favorit di Yogyakarta dan melanjutkan belajar di jurusan Hukum UGM. Saat ini Seno menjadi konsultan hukum di sebuah kantor pengacara ternama. “pabrik ini adalah klien kami, dan saya diminta datang”, kata Seno mengakhiri ceritanya.
Kemudian Seno dan Budi menanyakan tentang Nanang. Kenapa pula dia saat ini ada disini.
Seperti biasanya, nanang tidak berbicara dan hanya tersenyum sambil memperhatikan kedua sahabat karibnya tersebut. “Selepas SMP dulu saya tidak melanjutkan sekolah lagi karena tidak ada biaya dan harus membantu bapak manggul batu bata setiap hari. Alhamdulillah masa itu berlalu dan kini saya dewan direksi di perusahaan ini”, katanya.
Kamu pasti ingat ketiaka Pak Wiryo, guru kita mengatakan bahwa “Tuhan menganugerahkan manusia otak untuk berfikir, bukan menghafal. Untuk menciptakan sesuatau yang belum pernah diciptakan orang lain”. Kata kata itulah yang sangat aku hafal dan aku pegang dari kelas satu SMP hingga kini.
Mereka bertiga pun terdiam membisu. Budi dan Seno nampak “ndomblong” tak bisa berkata kata. Hingga akhirnya Nanang mencairkan suasana dengan memegang bahu kedua sahabat karibnya dan mengajak masuk.
Sahabat blogger, kira kira apakah yang diperbuat Nanang dalam 30 tahun terakhir ini sehingga dia mampu merubah keadaan yang tidak berpihak ?
.
.
Butuh jasa cargo murah ? via twitter @csmcargo
Banyak sholat dhuha ya Om ya?
Boleh juga jawabannya, tapi si om sebenarnya langsung menjawab kok,
di kalimat setelah pertanyaanya 😀
*piss om
Kalimat yang mana ?
Buth jasa cargo 🙂
hehehe…. gak pas kayaknya.
Bener juga sih.
Nanang… persis dengan nama teman kosku dulu. sifatnya pun mirip, tidak pernah marah meski digojlok habis-habisan. dia hanya menanggapinya dengan senyuman dan jawaban ‘yo yo’. tapi bedanya dengan nanang diatas, nanang temenku orangnya pinter dan alim. hidupnya bersahaja dan tidak pernah neko-neko. jadi kangen sama nanang, terakhir ketemu dia sdh bawa BMW. katanya sie dia sdh jd peternak puyuh sukses di desanya. Sukses selalu nanang
Salam buat Nanang yahj…. Ditulis dooong.
pasti hanya pak Nanang dan orang orang di sekitarnya yg tahu ya pak, org lain hanya bisa menebak nebak … mungkin beliau pekerja keras, dan sangat jujur
Sepertinya begitu, saya tanya dia hanya tersenyum.
hidupnya ikhlas & banyak sedekah mungkin pak, ga harus harta mungkin tenaganya??? 😀
Senyuman dan membantu orang tua tanpa mengeluh sedekah juga kan ?
betooll itu pak … 😀
Whoaaa…. ini kisah nyata Mas?
Iya, mereka bertiga sahabat saya waktu SMP di kampung.
jangan-jangan kisah mas sarib ini 😀 ??
Bukan, yang jelas ketiganya adalah sabat saya di SMP dulu.
Hehehe.. Iya setuju ama mas konselor muda, jangan-jangan kisahnya mas Lambang ini 🙂
Bukan, ketiganya adalah sahabat saya.
Ternyata yang hanya senyum senyum dan tidak mampu melanjutkan SMA malah memperkerjakan sahabatnya yang pinter.
waaahhh…
Ayo dunk om, dilanjut ceritanya.
Seru tuh kayaknya. 😀
Ya sampai itu saja, gak mampu menulis yang panjang panjang, baru belajar.
saya inget pakde saya yang kontraktor listrik pernah bilang ke anaknya supaya pekerjaan anak2nya harus lebih baik darinya, supaya jangan “disuruh-suruh orang” aja. mungkin artinya akan lebih baik jika kita bisa menciptakan produk dan pasar sendiri ketimbang kita yang mencari2 pekerjaan di perusahaan orang lain. karena otomatis orang yang akan mencari kita dan kita langsung jadi bosnya.
Tuhan menganugerahkan manusia otak untuk berfikir, bukan menghafal. Untuk menciptakan sesuatau yang belum pernah diciptakan orang lain”.
Bapak Nanang adalah pekerja yg ulet hingga bisa menciptakan sesuatu buat orang lain, mungkin menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain….sehingga dia masuk dalam jajaran dewan direksi…
Dia sama sekali tidak mau menceritakan perjalanan hidupnya. Tapi saya yakin penderitaannya terllalu pahit untuk diceritakan.
Hanya tersenyum dimanapun kami bertemu. Senyumannya tak berubah, masih sama seperti dahulu.
Keren banget cerita nya …