Anak anak itu bukanlah anak anak kalian
Mereka adalah anak anak kehidupan yang merindukan kehidupan sendiri
Melalui kalian mereka lahir, namun bukan dari kalian
Berikan mereka kasih sayang
Tapi jangan pernah mendiktekan bentuk, sebab mereka memiliki bentuk pikiran sendiri
Kalian berhak membuatkan rumah untuk tubuh tubuh, tapi bukan untuk jiwa mereka
Sebab jiwa jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
bagus dibaca oleh para orang tua ya mas
aku inget dulu ada beberapa murid yg mengeluh terlalu byk les privat yg diikuti krn orang tua memaksa mereka mengikutinya meski dr sekolah sdh capek , seminggu nonstop ikut aneka kursus tiap hari, aku cuma bisa mengayem ngayemi mereka
Betul sih, kasihan anak anak. Saatnya mereka main disuruh les. Menurut saya yang benar adalah belajar sambil bermain.
Saya yang tua saja sukanya bekerja sambil bermain main kok, apalagi anak anak.
Lek.., Kata-kata ini mengingatkan saya pada sosok seorang bapak yang selalu memberikan kebebasan.
“Mau jadi petani silahkan. Mau jadi guru, itu hakmu. Mau jadi pelukis, penulis atau seniman yang lainya, itu keputusanmu. Aku hanya bisa memberimu bekal sejengkal raga, sedang kemampuan dan jiwamu, kamu sendirilah yang akan membentuknya” begitulah kata yang masih saya ingat.. #bapaku keren..
keren mas bapaknya. Luar biasa…. Pingin nyontoh.
Kira kira bagaimana caranya yah ?
Bapak itu bukan bapak saya Om..
Ceritanya begini.
Beliau adalah seorang yang berpengaruh, baik di sekolahan-sekolahan, kampus ataupun lembaga pemerintahan. Namun ketika si anak mau masuk kuliah, beliau sama sekali tak membantunya. Dan ketika dimintai tolong, jawabnya : “Yang mau kuliah itu aku atau kamu.”
“Bapak egois. Seharusnya Bapak bisa gunakan kekuasaan untuk membantu anak sendiri.” Bantah si anak sambil ngotot.
Tapi sayang si Bapak malah melotot sambil berkata : ” O.., jadi kamu mentang mentang Bapak berkuasa lantas boleh seenaknya. Gitu”
“Ini cermin yang sangat tidak baik.” Lanjutnya
“Jika suatu hari nanti kamu berkuasa. Bapak kawatir sifat ini akan kamu salah gunakan. Karena itulah bapak tidak mau membantu kamu masuk kuliah agar kamu tahu bagaimana rasa susahnya ketika mau masuk kuliah. Dan itu akan memberimu pengalaman baru. Yang baik dan sangat bermanfaat bagi kehidupan kamu selanjutnya untuk menjadi lebih dewasa.”
Sejak saat itu dalam hati si anak tak pernah punya cita-cita menjadi penguasa. sebab ia ingin selalu bebas tanpa ikatan apapun. Tak memerintah juga tak diperintah.
Mendengar kata Beliau, si anak hanya diam menunduk dan tak berani membantah lagi, sebab kawatir kalau besok tak di kasih uang saku..
luar biasa. Statementnya luar biasa mas.
Begitulah adanya Beliau Om.. 🙂
Terimakasih banyak..
sama sama
🙂
Iya, mas. Kita hanya bisa membantunya mambangun rumah bagi jiwanya. Menuntunnya supaya bisa membangun rumah dengan kokoh, bukan membuatkannya. ^^
Setuju dengan Opa Khalil. 😀
Powered by Telkomsel BlackBerry®
cakep yah kata katanya, luar biasa menginspirasi.
waahh, puisi yang sangat baik dan mengena banget ya. keren! 🙂
suka yah ? Gibran memang oy
Satu lagi pelajaran yang akang dapat disini untuk bekal membesarkan anak2…makasih Bos…!
sama sama boss.
Saya juga baru belajar sekaligus mencatat sejarah kehidupan. Kelak ketika ia dewasa baru bisa terungkap, saya salah atau benar.
ya, betul,,, mereka ada untuk masa depan 🙂
betulll
pernah denger juga tapi nggak selengkap ini puisinya 🙂
terima kasih sudah berbagi..
sama sama yah, tugas kita saling menginspirasi.
Pingback: Semoga Anak Anak Dirumah Tidak Diajarkan Bernyanyi “Iwak Peyek” | Lambangsarib's Blog
good poem ya om 🙂
yuuup
Pingback: Seberapa Sering Engkau Tersenyum Pada Anakmu ? | Lambangsarib's Blog